Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
“Seseorang diantara kalian akan
selalu meminta-minta sehingga ia nanti bertemu dengan Allah sedangkan mukanya
tidak ada daging sama sekali,” [Hadits Riwayat Bukhary Muslim, dan Ahmad(2/15) dari
sahabat Ibnu ‘Umar -radhiyallahu anhu ).
Wajah-wajah Tak Berdaging
Jika kita melihat dan memperhatikan fenomena-fenomena
yang terjadi belakangan ini, maka kita akan mendapati sebagian dari
kaum muslimin berada dipinggir jalan mencoba mengais rezeki dengan
menengadahkan tanganya kepada setiap orang yang melintas. Ini adalah suatu pemandangan yang
sangat memilukan hati. Padahal meminta-minta adalah
perbuatan yang tercela didalam islam. Mereka tinggalkan usaha atau
berkarya dengan tangan mereka sendiri. Padahal Allah -Subhanahu wa Ta’ala-
telah menjamin rezeki bagi mereka. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ
إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا
كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
"tidak ada satu binatang
melatapun di bumi ini melainkan Allahlah yang mengatur rezekinya."(Hud: 6)
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, :
"Seandainya kamu sekalian benar-benar
tawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan memberi rezeki kepada kalian
sebagaimana Ia memberi rezeki kepada burung. Dimana burung itu keluar pada
waktu pagi dengan perut kosong(lapar), dan pada waktu sore ia kembali dengan
perut kenyang." [HR.At-Tirmidzy(4/2344),Ibnu
Majah(2/4164),dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak(4/318),dan dia berkata::”hadits
ini hasan shahih.”dan disepakati oleh Adz-Dzahaby)]
Dari keterangan ini, maka jelaslah! bahwasanya setiap
dari kita telah dijamin rezekinya oleh Allah -Subhanahu wa Ta’ala- tinggal
usaha dari kita untuk mendapatkannya. Karena rezeki tidak turun begitu saja
dari langit, akan tetapi dibutuhkan usaha, kesungguhan serta tawakkal yang
sempurna. Oleh karena itu, Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam- memberikan
perumpamaan dengan seekor burung yang keluar dari sarangnya untuk mencari
rezeki. Burung itu tidak tinggal di dalam sarangnya menunggu rezeki yang datang
kepadanya.Akan tetapi,dia berusaha dengan terbang kesana kemari untuk mendapatkan
makanannya. Dan manusia yang Allah -Subhanahu wa Ta’ala- memberikan banyak
fasilitas kepadanya dibandingkan burung ( berupa kaki, tangan, hati, dll )maka
itu lebih layak baginya untuk berusaha dalam mencari rezekinya. Sebagaiman
firman Allah -Subhanahu wa Ta’ala- :
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ
فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ
كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila sholat telah selesai
ditunaikan maka bertebaranlah kamu sekalian dimuka bumi ini dan carilah karunia
Allah.”(Al-Jum’ah:10).
Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- sangat
menganjurkan agar seorang muslim untuk makan dari hasil usaha sendiri dan
menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta dan mengharapkan pemberian dari
orang lain.Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
“Sungguh salah seorang diantara kalian pergi mencari
kayu bakar dan dipikulkan ikatan kayu itu di punggungnya,maka itu lebih baik
baginya dari pada ia meminta-minta kepada seseorang baik orang itu memberi
ataupun tidak memberinya.”[HR.Al-Bukhary(4/2073/Alfath.),
Muslim(2/zakat/721),dan An-Nasa’y(5/2573),dari Abu Hurairah -radhiyallahu
‘anhu- ].
Dan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-
bersabda, :
“Tidak ada seseorang,makan makanan
yang lebih baik daripada makan dari hasil usahanya sendiri dan sesungguhnya
nabi Allah Daud-’alaihi salaam-makan dari hasil usahanya sendiri.” [HR.Al-Bukhary(4/2072/Al-Fath.),
Ahmad didalam Musnadnya(4/131,`132), dari sahabat Al-Miqdam bin Ma’dikarib
-radhiyallahu anhu- )
Oleh karena itu, hendaknya setiap dari kita untuk
menjaga kehormatan dirinya dengan tidak meminta-minta kepada orang lain.Karena
sesungguhnya, tidaklah seseorang meminta dari orang lain, kecuali ia menjadi
hina dan rendah dalam pandangan orang lain itu.
Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, :
"Tangan yang diatas,itu lebih baik
dari pada tangan yang dibawah.Tangan yang di atas adalah tangan yang memberi
dan tangan yang di bawah adalah tangan yang meminta-minta."[HR.Al-Bukhary(3/1429/Al-Fath.),dan
Muslim (2/zakat/717), dari sahabat Ibnu ‘Umar -radhiyallahu anhu-)
Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- telah
memperingatkan akan bahaya atau balasan terhadap orang yang meminta-minta.
Bahwasanya Rasulullah Shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
"Seseorang diantara kalian akan
selalu meminta-minta sehingga ia nanti bertemu dengan Allah sedangkan mukanya
tidak ada daging sama sekali," [HR.Al-Bukhary (3/1474/Al-Fath.) dan
Muslim(2/zakat/720),dan Ahmad(2/15) dari sahabat Ibnu ‘Umar -radhiyallahu anhu-
).
Dan Rasulullah juga bersabda:
"Barang siapa yang meminta-minta
kepada sesama manusia dengan tujuan untuk memperbanyak kekayaannya, maka
sesungguhnya ia meminta bara api.Terserah padanya apakah ia mengumpulkan
sedikit saja atau akan memperbanyaknya." [HR.Muslim(2/zakat/760),
Ibnu Majah(2/1737),Ahmad didalam Musnadnya(2/231), dan Al-Baihaqy dalam
Sunannya(4/196), dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- )
Dengan melihat ancaman seperti ini,maka seorang muslim
hendaknya takut dan menahan dirinya serta menjaga kehormatannya dari
meminta-minta kepada orang lain kecuali dalam keadaan darurat.Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam-didalam sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Qabishah Bin Mukhariq Al-Hilali
-radhiyallahu anhu- bahwasanya dia berkata:
"Saya memiliki tanggungan
(hutang, diat dan sebagainya) lalu saya mendatangi Rasulullah -Shollallahu
alaihi wa sallam- untuk meminta sesuatu kepada Beliau -Shollallahu alaihi wa
sallam- .Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- bersabda:
"tinggallah!sampai datang kepada kami sedekah, nanti akan kami perintahkan
agar dibagikan kepadamu". Kemudian Rasulullah -Shollallahu alaihi wa
sallam- bersabda: "Hai Qabishah,sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal
kecuali bagi salah satu dari tiga orang, Pertama, orang yang sedang menanggung
beban (denda, hutang dansebagainya) maka ia boleh meminta sampai ia melepaskan
tanggungan(beban)itu. Kedua, seseorang yang tertimpa kecelekaan/musibah yang
menghabiskan hartanya, maka ia boleh meminta-minta sehingga ia bisa memperoleh
kehidupan yang layak. Ketiga, seseorang yang sangat miskin,sehingga disaksikan
oleh tiga orang cerdik pandai dari kaumnya bahwa"si fulan benar-benar
miskin"maka ia boleh meminta-minta sehingga ia bisa memperoleh kehidupan
yang layak. Hai Qabishah, meminta-minta yang selain karena tiga sebab ini maka
itu adalah usaha yang haram, dan orang yang memakannya berarti makan barang
yang haram."[HR.Al-Bukhary(3/1479/Al-Fath.),
dan Muslim (2/zakat/719).
Saudaraku…kelaparan dan sedikit ibadah lebih baik
daripada kamu memakan dari hasil meminta-minta dari orang lain seraya melakukan
banyak ibadah.
Asy-Syaikh Muqbil Bin Hadi Al Wadi’i
–rahimahullah-berkata:"Saya nasehatkan kepada Ahlus Sunnah
agar bersabar menghadapi kemiskinan.Karena kemiskinan ini adalah keadaan yang
telah dipiihkan oleh Allah untuk Nabinya Muhammad-Shollallahu alaihi wa sallam-. Dan Rabb Yang Maha Perkasa
berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia :
"dan sungguh akan kami beikan cobaan
kepedamu dengan sedikilt ketakutan kelaparan jiwa dan buah-buahan dan
berikanlah berita kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila
ditimpa musibah mereka mengucapkan inna lillahi wa inna lillahi rajiun mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunju";( Al-baqarah 155-157)
Perhatikanlah beberapa petikan tentang kesabaran Nabi
dan para sahabatnya -radhiyallahu -Ta’ala-’anhum- di dalam menghadapi
kemiskinan, kelaparan dan kekurang di dalam pangan (tidak memiliki pakaian).
Imam Muslim meriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- dia
berkata :
pada suatu hari atau malam
Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- keluar rumah, tiba-tiba bertemu
dengan Abu baker dan Umar ,lalu beliu berkata :"apa yang mengeluarkan
kalian dari rumah kalian, pada saat seperti ini?"
Keduanya menjawab ";lapar ya
Rasulullah"
Beliau bersabda: " demi Zat
yang jiwaku ada di tangan-Nya, saya juga dikeluarkan oleh yang menyebabkan
kalian keluar, bangkitlah !"
Lalu keduanya bangkit bersam Beliau
lalu memdatangi seorang sahabat Ansar ternyata dia tiadak ada di rumah namun.
Ketika istri sahabat tersebut melihat dia berkata " selamat datang".
Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- nbertanya kepadanya kemana Si pulan ?
wanita itu berkata :"kjeluar mencari air minum untuk kami". Kemudian
datanglah sahabat Ansar tersebut dan melihat Rasulullah -Shollallahu alaihi wa
sallam- beserta kedua sahabatnya kemudian dia berkata "segala puji bagi Allah
tidak seorangpun pada hari ini yang tamunya lebih mulia daripada aku".
Kemudian dia pergi dan membawa
setandan kurma lengkap, ada busr (kurma muda), tamr (kurma matang) dan ruthab
(kurma yang masih basah diaberkata:"silahkan makan". ’setelah itu dia
mengambil pisau. Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- menegurnya :"
hati-hati jangan ambil yang sedang menyusui". Diapun menyembelih seekor
kambing. Merekapun makan dari kambing dan setandan kurma dan minum. Setelah
kenyang dan hilang dahaga, Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- berkata
kepada abu bakr dan umar :" demi zat yng jiwaku ada di tangan-Nya kalian
pasti akan ditanyai tentang kenkmatan ini pada hari kiamat. Rasa lapar telah
membuat kalian keluar dari rumah kalian, kemudiann kalian tidak pulang kecuali
telah menyantap kenikmatan ini" .[HR. Muslim (3/1609)]
Oleh karena itu janganlah engkau berkecil hati dengan
kemiskinan jyang menimpa dirimu dan janganlah berputus asa dari rahmat Allah
karena sesungguhnya rahmat Allah itu luas maka berusahalah dengan kemampuan
yang ada pada dirimu tentunya dengan cara yang halal dan bersifatlan dengan
sifat qona’ah yaitu merasa cukup dengan apa yang ada pada dirimu. Karena
sesungguhyan kekayaan itu bukanlah dilihat dari banyaknya harta benda akan
tetapi dilihat dari lapangnya dada dalam menerima kondisi kita yang telah
diberikan oleh Allah -Subhanahu wa Ta’ala- .
Rasulullah -Shollallahu alaihi wa sallam- ‘
‘Bukanlah yang dinamakan kaya itu
karena banyak hartanya, tetapi yang dianamakan kaya sebenarnya adalah kekayaan
jiwa . .[HR Al-Bukhari
(11/6446/Al-Fath.)dan Muslim(2/zakat/726) dari Abu Hurairah -radhiyallahu
‘anhu- )
Seorang penyair pernah berkata:
sungguh kekeyaan itu adalah kaya
akan jiwa
meski tanpa berbalut baju tanpa
beralas kaki
orang tiada puas meski lebih dari
sederhana
namu bila hati menerima, sebagian
sajapun mencukupi.
Inilah yang dapat kami uraikan dalam masalah
tercelanya meminta-minta dari sejumlah ayat Al Qur’an dan Hadits yang sahih
agar binasa orang yang memang pantas binasa dengan keterangan yang jelas dan hidup
orang yang memang pantas hidup dengan keterangan yang nyata.
Penulis: Dedy Arieswan
0 komentar:
Posting Komentar